Minggu, 22 Februari 2015

SAMAR-SAMAR DI BALIK JENDELA


            Dihari minggu yang cerah, Vanda dan keluarganya sedang beriap-siap akan berkunjung ke rumah neneknya di Kedungkandang.
Ibu       :”Vanda, tolong ambilkan tas ibu di gantungan belakang pintu !” (Menunjuk pintu yang diaksud)
Vanda : (Berjalan ke arah pintu)”Apakah yang ini, bu ?” (Menunjukkan tas ke rah ibu)
Ibu       :”Iya, ayo bawa kesini !”
Ayah   :”Ibu, Vanda ayo kita berangkat, adik sudah menunggu kita di luar”
Vanda :”Ok ayah, ayo bu kita berangkat!”
Ibu       :”Iya, apakah ada yang tertinggal?”
Vanda :”Sepertinya tidak ada bu.”
Ibu       :”Baiklah kalau begitu, ayo berangkat sekarang!” (Berjalan ke arah pintu rumah.)
            Sesampainya di rumah nenek, Vanda dan kelurganya mengucapkan salam dan mengecup punggung tangan nenek.

Nenek  :”Wah, cucu nenek yang canti ini sudah besar ya, dimana adikmu?”
Adik    :”Nenek…..” (Berteriak di depan pintu)
Ayah   :”Adik jangan berteriak di dalam rumah!”
Adik    :”Eh iya, yah” (senyum malu)
Nenek  :”Adik sini peluk nenek!” (Sambil merentangkan tangan)
Adik    : (Berlari ke arah nenek) “Aku rindu nenek”
Nenek  :”Iya nenek juga rindu dengan kalian”
Ibu       :”Adik, Vanda makan dulu sana, nenek sudah menyiapkan makanan keukaan kalian”
Vanda :”Ok bu. Ayo dik” (Berjalan ke arah dapur)
Adik    :”Kakak tunggu aku!” (Berlari mengejar kakaknya)
            Vanda dan adiknya makan dengan lahap. Sesudah makan mereka pergi ke ruang keluarga untuk berbincang bincang.
Ibu       :”Vanda, adik kalian tidak tidur siang?”
Vanda :”Enggak bu, masih belum ngantuk”
Adik    :”Aku juga gak ngantu kok bu”
Ayah   :”Ya sudah kalau begitu, ayah sama ibu mau pergi ke rumahnya bibi dulu”
Adik    :”Iya yah. Hati-hati di jalan”
Vanda :”Jangan lupa bawa oleh-oleh ya yah?”
Ayah   ;”Iya nanti ayah bawakan oleh-oleh”
Ibu       :”Kalian jangan nakal ya sama nenek. Ayah sama ibu pergi dulu” (Berjalan ke arah pintu)
Adik    :”Siap bu”
            Setelah ibu dan ayah pergi Vanda dan adiknya mulai berbincang-bincang lagi.
Adik    :”Kak apakah kau punya novel horor?, aku ingin sekali membaca novel horor”
Vanda : (Berpikir)”Kurasa aku meninggalkannya di rumah, lagi pula kenapa kau suka sekali membaca novel horor?”
Adik    :”Ya supaya menguatkan iman aja kak, biar kalau ketemu setan beneran gak takut gitu. Hehehe” (Garuk-garuk kepala)
Vanda :”Ngaco kamu dek, hantu itu gak ada dnhanya mitos orang dewasa aja supaya anak-anak mereka takut”
Adik    :”Emang kakak tau darimana kalo hantu itu gak ada?”
Vanda :”Ya tau lah. Aku aja gak pernah liat hantu kok” (Nada menyepelekan)
Adik    :”Kakak, gak semua manusia itu bisa liat hantu. Terkadang hanya anak-anak tertentu aja yang bisa liat hantu”
Vanda :”Aku baru percaya hantu kalau aku melihat mereka”
Adik    :”Kak, jangan asal bicara. Nanti kena batunya loh”
Vanda :”Terserah kamu deh de, aku mau bantu nenek menyapu dulu” (Berjalan ke halaman rumah)
Adik    :”Yah, kakak dibilangin malah pergi” (Geleng-geleng kepala)
            Sesampainya dihalaman rumah Vanda langsung menghampiri nenek.
Vanda :”Nek, bolehkah aku membantu nenek menyapu?”
Nenek  :”Ya silahkan, kamu ambil sapu di dekat rumah kosong itu” (Menunjuk ke arah sapu)
Vanda :”Ah, iya nek” (Berlari mengambil sapu)
            Pada saat Vanda menyapu halaman yang berada di dekat rumah kosong, Vanda tak sengaja melihat ke arah jendela rumah itu. Tiba-tiba Vanda menjadi merinding.
Vanda :”Kenapa aku merinding ya?, atau mungkin hanya perasaanku saja?. Ah sudahlah lebih baik aku kembali menyapu”
            Pada saat Vanda hendak berpaling dari jendela rumah itu, tiba-tiba ia melihat sesosok wanita berdiri dibalik jendela dengan rambut panjang dan gaun putih yang menjuntai ke bawah. Vanda lalu bertanya pada nenektentang sosok wanita itu.
Vanda :”Nek, siapakah perempuan itu?” (Menunjuk jendela)
Nenek  :  (Menolehke arah jendela) ”Perempuan yang mana ?, tidak ada siapa-siapa van”
Vanda :”Itu nek, dia memakai gaun putih dan berambut panjang” (Menghadap nenek)
Nenek  : (Menoleh ke arah jendela lagi) ”Tidak ada siapa-siapa, sudahlah lebih baik kamu kembali mnyapu.”
           

Vanda menoleh ke arah jendela lagi dan ternyata perempuan itu sudah tak ada. Ia memberanikan diri mengintip rumah kosong itu dari balik jendela. Vanda terkejut ketika melihat tak ada siapa-siapa di dalam rumah itu. Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung berlari menuju ke dalam rumah.
Adik    :”Kakak kenapa?” (Terkejut)
Vanda :”Ha,ha,ha” (Terbata-bata)
Adik    :”Kakak kenapa?, kok kayak habis dikejar hantu?”
Vanda :”Hantuuuuuu” (Berteriak)
Adik    :”Katanya kakak gak percaya hantu?”
Vanda :”Ya deh aku mengaku, aku baru bertemu hantu beneran”
Adik    :”Mangkanya kak, kalo ngomong jangan sembarangan, tau sendiri kan akibatnya”
Vanda :”Iya-iya dek kakak tau kakak salah.”
            Setelah kejadian itu, Vanda tau bahwa makhluk gaib itu memang ada dan selau ada di setiap tempat. Ia tidak mau pengalaman seperti itu terulang lagi.

Amanat           ;
            Alangkah lebih baik jika kita tidak berbicara seenaknya sendiri tanpa memilah kata yang baik dan tidak baik untuk diucapkan, karna setiap perkataan nanti akan kita pertanggung jawabkan sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar